Friday, May 11, 2012

Mempersiapkan Generasi Islam Yang Soleh Dan Solehah Di Masa Yang Akan Datang

Di zaman yang modern saat ini kebanyakan kita sudah kehilangan esensinya dalam penghambaan diri kepada Allah SWT, sehingga dalam bekerja dan berusaha menghalalkan berbagai macam cara demi keinginan dan cita-cita.

Di zaman yang modern saat ini kebanyakan kita sudah kehilangan esensinya dalam penghambaan diri kepada Allah SWT, sehingga dalam bekerja dan berusaha menghalalkan berbagai macam cara demi keinginan dan cita-cita.

Sementara ini masyarakat telah berfikiran materialistis serba konsumtif sehingga segala sesuatunya hanya diukur dengan uang, segala sesuatu diukur dengan titel dan jabatan. Dalam hal pendidikan anak pun, banyak orang tua mendidik anak-anaknya bukan lah Allah SWT sebagai tujuan, akan tetapi titel serta jabatan lah yang menjadi tujuan. Satu hal yang wajar, tidak sedikit orang tua menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang pavorit, kelak ketika mereka keluar dari sana mempunyai title yang berderet, profesor, doktor, dan insinyur, harapan kita tentunya kelak ketika mereka bekerja di perusahaan minimal mereka menjadi seorang supervisor atau seorang manajer. Atau mungkin ketika mereka bekerja dipemerintahan mereka diharapkan menjadi seorang mentri atau bahkan bupati.

Satu hal yang wajar dan logis jika orang tua mempunyai cita-cita yang demikian. Tapi alangkah idealnya, alangkah pantasnya buat kita sebagai seorang muslim, anak kita memiliki titel, memiliki jabatan tapi dalam kondisi beriman kepada Allah SWT, sehingga kelak apa bila anak kita menjadi seorang pemimpin, menjadi seorang pemimpin yang takut kepada Allah, menjadi pemimpin-pemimpin yang taat kepada Allah SWT sehingaa kepemimpinannya tidak disalahgunakan. Ia menjadi pemimpin yang amanah karena kehidupan sehari-harinya merasa diawasi oleh Allah SWT. Apabila menjadi seorang pekerja menjadi pekerja yang baik yang taat kepada Allah SWT dan taat kepada atasannya.

Intinya apapun posisi dan status anak-anak kita, mari kita jadikan anak-anak kita menjadi anak yang soleh dan solehah. Bukankah dengan anak-anak yang soleh dan solehah kita akan mendapatkan pensiunan pahala? Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim : “Apabila kamu telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, salah satunya adalah anak yang soleh, anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya..”.

Lalu, bagaimana kita menciptakan pribadi-pribadi anak yang soleh dan solehah untuk masa yang akan datang? Menciptakan pribadi anak yang soleh tidak semudah seperti kita membalikkan telapak tangan, perlu usaha maksimal dari kedua orang tua.

Orang Tua Harus Soleh Terlebih Dahulu
Adapaun usaha yang pertama, kita sebagai orang tua harus soleh terlebih dahulu sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim dan Abu Hurairoh : “setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani , atau majusi”. Anak diibaratkan bagai kertas berwarna putih, mau kita tulis tinta dengan warna merah ia akan berwarna merah, mau kita tulis dengan tinta berwarna hitam ia akan berwarna hitam ia akan mewarnai sesuai orang tua yang mewarnai. Persis seperti pepatah dahulu mengatakan “buah manggah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”, artinya pribadi orang tua akan mewarnai pribadi tingkah laku anaknya, karna anak tergantung kepada kedua orang tua, maka untuk menciptakan pribadi-pribadi anak yang soleh, orang tuanya harus soleh terlebih dahulu.

Kita wariskan kesolehan orang tua kepada anak-anak kita agar negara Indonesia ini kelak mempunyai sosok pemimpin yang taat dan soleh, sehingga senantiasa selalu bertakwa dan menjalankan perintah Allah SWT.

Menanamkan Akidah dan Keimanan
Kedua kita tanamkan akidah, kita tanamkan keimanan, dari sisi akidah mari kita awasi anak-anak kita, jangan-jangan kita sebagai muslim, anak kita tidak tahu siapa Tuhannya karna dalam kehidupan sehari-harinya dia tidak melaksanakan ibadah sholat. Kita jejali mereka dengan pendidikan-pendidikan umum sementara pendidikan agama dikebelakangkan.

Maka kita harus tanamkan akidah kepada anak-anak kita seperti yang dicontohkan oleh Nabiullah Ya’kub AS, dalam surat al-baqoroh dikatakan “Tatkala Nabi Ya’kub AS akan meninggal dunia beliau berwasiat kepada anak-anaknya : “Maa ta’buduuna mim ba’di? Nak apa yang kamu sembah setelah aku mati?” Bukan “Maa ta’kuluuna mim ba’di?” Bukan apa yang kamu makan setelah aku mati nak? Sehingga harta dan warisan kita penuhi, kita berikan kepada anak-anak kita. Jangan heran, jika suatu saat anak-anak kita ribut karena warisan, karna warisan yang kita berikan tidak ditanami dengan keimanan kepada Allah SWT.

Lalu anak-anak Nabi Ya’kub menjawab : “Kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishak. Menyembah kepada siapa? Allah tuhan yang satu. Kita pastikan anak-anak kita dari sekarang, kita biasakan perhatikan.. Nak sudah sholat atau belum? Jangan kita hanya sekedar makannya saja, Nak sudah makan atau belum? Tapi kita perhatikan ibadahnya, kita tanamkan akidah dan keimanan kepada anak-anak kita, dan kita pastikan anak-anak kita setelah kita meninggal dunia, anak-anak kita memeluk agama Islam, agama yang diberikan oleh Allah SWT.

Menanamkan Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan
Ketiga, menciptakan pribadi-pribadi anak yang soleh dan solehah, kita harus tanamkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i : Barang siapa ingin bahagia di dunia maka harus dengan ilmu, jika anak kita ingin menjadi seorang pengusaha kita ajarkan ia menjadi seorang pengusaha, jika anak kita ingin menjadi seorang pekerja, kita ajarkan ia menjadi seorang pekerja yang unggul, yang senantiasa didalam kehidupan sehari-harinya selalu diawasi oleh Allah SWT.

Selajutnya, barang siapa ingin bahagia di akhirat maka harus dengan ilmu. Bagaimana sholat yang baik menurut Rosulullah SAW, dikala kita diamanatkan harta, mari kita bagi kepada si miskin yang papa, karna nanti akan ada pertanggung jawaban, “Hartamu kau dapatkan dari mana dan hartamu kau belanjakan ke mana”, akan dipertanyakan dihadapan Allah swt. Apabila kita berangkat haji ke tanah suci mekah, kita tidak hanya mampu secara harta tapi kita juga mampu secara ilmu sehingga kelak pulang ke tanah air menjadi haji-haji yang mabrur, menjadi suri tauladan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Terakhir, barang siapa ingin berbahagia di dunia dan di akhirat, maka keduanya pula harus dengan ilmu. Agar anak-anak kita kelak bisa bersaing di kehidupan masa yang akan datang, khidupan saat ini sulit, tapi akan jauh lebih sulit di kehidupan anak-anak kita di masa yang akan datang. Di sepuluh tahun, dua puluh tahun masa yang akan datang lapangan kerja akan sulit didapatkan, sekarang saja anak-anak kita bekerja tidak hanya bermodalkan ijazah tapi ia harus menyiapkan sejumlah uang untuk masuk menjadi tenaga kerja yang hanya mendapat status karyawan harian. Padahal Rosulullah SAW telahmengingatkan kita semua, bahwa orang yang disogok dan orang yang menyogok dua-duanya di neraka. Mudah-mudahan harapan kita, anak-anak kita kedepan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini, menjadi pemimpin-pemimpin rumah tangga masyarakat sehingga menjadi “Baldatun, toyyibatun warobbun gofuur”, itu harapan kita.

2 comments:

Anonymous said...

Subhanallah sangat membantu buat saya dalam pendidikan anak. Syukron, semoga bermanfaat.

MR.YE said...

Ngiblis